Falsafah Public Relations
FALSAFAH PUBLIC RELATIONS
PR merupakan falsafah social
manajemen yang diterapkan pada kebijaksanaan, dn pelaksanaannya melalui
interprestasi yang peka atas berbagai peristiwa berdasarkan komunikasi dua arah
atau timbal balik dengan publiknya, untuk menumbuhkan saling pengertian dan
etiket baik.
PR juga merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan usaha
atau bisnis. Edward L. Berneys dalam bukunya Public Relations menyatakan bahwa PR mempunyai tiga macam arti,
yaitu
1. Memberi
informasi kepada masyarakat
2. Persuasi
yang dimaksudkan untuk mengubah sikap dan tingkah laku masyarakat terhadap
lembaga, demi kepentingan dua belah pihak
3.
Usaha
untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan antara lembaga dengan sikap atau
perbuatan masyarakat dan sebaliknya.
Empat unsur falsafah dari
definisi Public Relations adalah
sebagai berikut.
a.
PR
merupakan falsafah manajemen yang bersifat social.
b.
PR
merupakan perwujudan falsafah tersebut pada tataran kebijaksanaan.
c.
PR
merupakan komunikasi dua arah yang menunjang keberhasilan kebijakan itu dengan
menejelaskan, menginformasikan, mempertahankan atau mempromosokannya kepada
public sehingga tercipta saling pengertian dan etiket baik.
d.
PR
merupakan suatu cara pendekatan untuk menciptakan opini public.
Adapun empat unsur falsafah Public
Relations yang berpengaruh di bidang teori dan praktik adalah sebagai
berikut.
a.
PR
sebagai upaya mempengaruhi kemauan individu, golongan, atau masyarakat yang
menjadi sasaran, dengan maksud mengubah pikiran, pendapat public secara umum
oleh pemerintah
b.
PR
ditunjukan untuk mendorong atau memajukan usaha usaha di bidang ekonomi.
Falsafah ini dipakai oleh badan usaha ekonomi yang mencari keuntungan.
c.
PR
dengan menggunakan pengetrahuan yang luas dan bijaksana bisa dipergunakan dalam
pencapaian tujuan.
d.
Misi
PR yang perlu disampaikan pada masyarakat (yang dimaksud misi disini arah
tujuan dari fungsinya) diintegrasikan dengan kebutuhan public.
Bagaimana PR
dari sebuah konsep dan selanjutnya menjadi profesi? Ini berkat
perjuangan para pelopor PR, terutama Ivy Ledbetter Lee yang diangkat sebagai
The Father of Public Relations. Tahun 1906, ia berhasil menanggulangi
kelumpuhan industry batu bara di Amerika Serikat “The Pennsylvania Railroat
Company”. Apa yang diperjuangkan Lee
terhadap kemanusiaan yang tepat, benar, dan adil itu?
1.
Lee
mendesak mengubah “tradisional”, yang tidak tepat dirahasiakan, diubah ke arah
penjelasan.
2.
Jawaban
kepada wartawan harus jujur, adil, objektif, transparan sehingga masyarakat
mempunyai “kepercayaan”.
Adapun gagasan
pemikiran dari Lee dalam mengadakan perbaikan, pembaharuan itu dinamakan :
Declaration of Principle. Intinya, public tidak dapat diabaikan oleh manajemen
industry; public tidak boleh dianggap bodoh oleh pers. Inti dalam falsafah PR
yang harus diterapkan pada setiap kegiatan perlu diperhatikan, apakah
sekalisgus mengangkat “martabat manusia” memanusiakan sesama kita, siapa pun
dan bagaimanapun.
Sebenarnya, untuk menerapkan
falsafah tersebut dalam kehidupan sehari hari, banyak hal yang bisa kita
laksanakan. Kalau kita mencoba mengevaluasi diri, apa yang kita lakukan jika
kita memasuki lokasi dan ruang kerja kita? Apakah juga memperhatikan sesame
karyawan, melihat satpam, apakah sempat menatap sesaat, syukur mengangguk atau memberi senyum? Sebenarnya dalam waktu yang sama bisa
berbuat sesuatu atau tidak, semua bergantung pada kualitas, pada mentalitas
diri sendiri. Apakah ada rasa dan terbiasa untuk menghargai orang lain,
memanusiakan mereka. Seseorang yang duduk atau berdiri di depan pintu masuk itu
bukan patung dan tidak dianggap patung maka dengan penuh perhatian, kita mesti
menatap dan syukur memberi senyum atau sapaan.
Dengan cara itu, sebenarnya kita
sudah melaksanakan falsafah PR, yakni “mengangkat martabat manusia”. Tentu
masih banyak hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tanppa kita harus
mengeluarkan uang, namun sudah memberikan suasana yang menyenangkan, kerja sama
kita juga akan menjadi lebih baik.
Jadi siapa pun, kalau kita mau
memiliki S-3, tanpa biaya namun dengan disertau hati dan perhatian terhadap
sesame, kita nguwongke (meng-orangkan),
tidak menganggap orang lain bodoh, orang lain lebih rendah hati. Untuk
menerapkan falsafah PR, kita bisa mulai dengan S-3, “Semangat Suka Senyum”. Ini
akan menarik banyak orang. Kita akan disenangi banyak orang, relasi kita mudah
di bangun. Semakin banyak relasi, semakin suskses fungsi PR kita, dan aritnya
organisasi kita semakin menjadi berkembang maju.
Marilah kita kembali mendalami
pelopoer PR kita, Ivy Ledbetter Lee. Bagaimana PR menjadi konsep dan
selanjutnya menjadi profesi? Ini semua merupakan perjuangan yang gigih dari Ivy
Ledbetter Lee yang diangkat sebagai The Father of Publik Relations. Tahun 1906
ia berhasil menanggulangi kelumpuhan industry batu bara di Amerika Serikat
dengan sukses. Di samping Ivy Ledbetter Lee masih ada beberapa tokoh lain yang
menjadi pelopor PR, seperti Paul Garret TJ. Ross, Erick Johnson, Arthur W.
Page, Carl Byois dan Verne Bernett, dan lain-lain.
Kegiatan Lee di bidang PR dimulai
tahun 1906. Pada waktu industry batu bara di Amerika mengalami pemogokan. Waktu
itu, Lee adalah wartawan. Dengan pemogokan pada industry itu, timbul gagasan
dalam diri Lee bagi keuntungan kedua belah pihak yakni industriawan dan para
pekerja. Pikiran Lee ditawarkan dengan mengajukan dua syarat berikut.
Syarat I : Lee diperkenankanduduk dalam top manajemen.
Syarat II : Lee diberi wewenang penuh untuk memberi
informasi kepada pers tentang semua
fakta.
Syarat yang
pertama pada waktu itu dianggap sebagai hal yang revolusioner karena saat itu
orang-orang yang menyelenggarakan publikasi dijauhkan dari pucuk pimpinan
industry besar di Amerika Serikat. Syarat yang kedua, yakni semua kegiatan dan
kejadian dalam industry diberitahukan kepada public, merupakan hal unik. Namun
demikian, tawaran Lee tersebut diterima juga.
Pikiran Lee
yang ditampulkan itu dinamakan : Declaration of Principle yang mengandung asas
bahwa public tidak dapat diabaikan oleh manajemen industry, atau dianggap bodoh
oleh pers. Lee menegaskan
bahwa di kantornya tidak terdapat hal hal yang bersifat rahasia, semuanya
bersifat terbuka.
Dengan jujur
Lee, telah terungkap rahasia yang menyelimuti perusahaan besar dalam hubungan
dadengan masyarakat. Penanggulangan pemogokan di pabrik-pabrik dan mengenai
hubungan dengan pers.
Sikap dan cara
yang ditunjukkan Lee itu, para wartawan menyiarkan beritanya dengan saksama,
objektif dan lengkap. Inilah kebijaksanaan dari Lee. Karena Lee bekeahlian
sebagai wartawan, ia pasti memahami seluk-beluk pers dan jurnasil secara kuat.
Hal itu mempunyai arti yang cukup besar
bagi semua orang Public Relations
Officer.
Pada waktu Lee
mengatasi kesulitan yang dialamu The Pennsykvanua Railroad Company, dia
mendesak pimpinan perusahaan untuk mengubah tata cara “tradisional”. Maksudnya, yang bisa dirahasiakan itu
hendaknya menjadi terbuka dan wartawan di beri jawaban, penjelasan secara
jujur, objektif sehingga memberi kepuasan. Pada waktu itu, meskipun permintaan
Lee mengejutkan pimpinan, akhirnya permintaan Lee itu dikabulkannya justru
dengan sangat berhati-hati. Ternyata masyarakat menaruh kepercayaan kepadanya,
sehingga mereka juga beri penilaian jujur dan adil.
Tahun 1914,
Lee diangkat menjadi penasihat dair John D. Rockefeller, Jr. Kemudian, Lee
memberi nasihat yang sangat bernilai bagikemajuan dan perkembangan perusahaan
multi jutawan di seluruh dunia itu. Dari keberhasilannya itulah oleh para ahli
PR ia diakui sebagai perakarsa, perintis, Pembina, dan pemraktik konsep PR. Selain
itu, ia juga dikenal sebagai orang pertama yang secara khusus menggunakan
istilah publicity dan advertising sebagai kegiatan PR.
Bagi sesorang
PR, sangat penting diperhatikan dan diterapkan dalam kegiatannya bahwa PR itu
harus melekat pada dua aspek yang gakiki. Hal itu tidak bisa tidak harus ada.
Jadi apabila tidak ada salah satu dari kedua aspek tersebut, kegiatan atau
lembaga tersebute bukan “PR”. Kedua aspek tersebut adalah sebagai berikut .
Pertama :
Sasaran PR adalah public
internal dan public eksternal. Public internal adalah orang yang berada atau
tercakup dalam organisasi, seluruh karyawan dari top manajemen sampai seluruh jajaran terbawah. Public eksternal
adalah orang-orang diluar organisasi yang terkait dan diharapkan aka nada
hubungannya.
Kedua : Kegiatan
PR adalah komunikasi dua arah atau komuniakasi timbal balik. Ini berarti bahwa
di dalam penyampaian informasi, baik kepada public internal maupun public
eksternal, harus terjadi umpang balik. Dengan demikian setiap kali melakukan
kegiatan PR, sekaligus menciptakan opini public sebagai efek komunikasi yang
dilakukan. Opini public menyenangkan kedua belah pihak.
Kalau
memperhatikan dua aspek tersebut dalam melaksanakan kegiatan PR,nyata sekali
bahwa kita sehari-hari menerapkan aspek tersebut. Kita secara kontinu
menumbuhkakembangkan relasi. Padahal, semakin kita banyak relasi PR kita akan
semakin sukses. Kenapa ? degan relasi yang semakin kita pupuk tersebut kita
akan dengan mudah memunculkan opini public yang masuk. Ini artinya perbaikan
maupun perkembangan organisasi bisa lebih efektif. Organisasi akan lebih mudah
berkembang kebutuhan dan keinginan public akan mudah direalisasikan secara
tepat. Namun bagi organisasi yang belum begitu mengenal apa itu PR, justri akan
merupakan kendala. Ada image bahwa PR
itu merupakan saingan manajer. Berkaitan dengan hal ini, akan menjadi lebih
jelas jika nanti kita membicarakan definisi maupun fungsi PR.
Sumber : Maria, Sr.
2002. Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktik. Jakarta : Grasindo
Saat ini banyak wisatawan yang berminat
untuk mengisi hari liburnya dengan Rafting, tidak semua lokasi rafting yang
keren dan memukau hanya ada di Rafting Pacet Mojokerto. Bagi anda yang penasara,
info lebih lanjut klik www.rafting-pacet.com
No HP 081281223453
0 comments: