Hubungan Masyarakat
HUMAS = PR ATAU
HUMAS PR
Pertanyaanya
sekarang adalah di Indonesia telah banyak digunakan istilah Public Relation dengan menerjemahkan
Humas atau kebalikannya. Timbul pertanyaan, kalau kedua istilah itu dianggap
sama, apakah kegiatan Huamas atau Public
Relations di Indonesia sudah mencakup dan melaksanakan kedua aspek yang
hakiki atau tidak? Pertanyaan kedua apakah Humas ata u Public Relations di Indonesia
mempraktikkan konsep Ivy Ledbetter Lee sebagai The Father of Public Relations
yaitu :
1.
Mempunyai
kedudukan dalam posisi pimpinan atau sejajar dengan top manajemen;
2.
Diberi
kebebasan untuk berprakarsa dalam memberikan informasi secara bebas dan terbuka
Hal diatas
penting agar kita tepat dalam penggunakan istilah yang sudah menjadi
internasional ini, apalaghi di era global sekarang ini. Mengapa hal itu
dianggap penting? Jawabanya, dengan kepentingan negara kita sendiri. Sebab
sesuai dengan peraturan IPRA bahwa bagi perusahaan yang berada di negara lain,
harus memiliki seorang PR dari negara itu, disamping tim PR dan negaranya
sendiri. Bagi Indonesia penting artinya untuk menyiapkan seorang ahli PR yang
professional sehingga kita tidak ketinggalan zaman.
Apabila
sekarang ini dimensi PR tersebut dipenuhi dan dipraktikkan Humas atau PR di
Indonesia, jelas kegiatannya identic dengan PR di negara maju. Kalau hal itu
benar sudah dilaksanakan, perlu dipikirkan lebih lanjut. Apa kendala dan
mengapa masih dianggap tidak perlu di era global ini menggunakan istilah Public Relations yang udah internasional
itu? Karena, di negara manapun yang telah memiliki PR, mempunyai istilah yang
sama. Public Relations bisa disingkat
menjadi “Purel” atau “PR”. Kalau penggunaan istilah itu bisa terjadi di negara
lain, jelas akan menguntungkan para ahli PR kita sehingga bisa diterima di
negara mana saja atau perusahaan dari negara mana pun.
Menurut
pengamatan pada saai ini secara striktural belum banyak yang ditempatkan pada
jajaran top manajemen. Kegiatan masih
banyak bersifat penerangan satu arah ke public eksternal ataupun internal tanpa
menciptakan belajar dari negara-negara lain dalam hal seeperti berikut ini.
Di Amerika
perkembangan PR juga berangsur, tetapi tegas dan terjadi seperti perkembangan
dalam fase III pada tahun 1920-1960, dan sesudah fase III tahun 1960 dialog
menjadi sentral dalam kegiatan PR terus berkembang.
Di Belanda
awal mulanya juga dinamakan Voorlichting (penerangan). Pada tahun 1948 masih
merupakan hubungan terbuka tau dialog bagi mereka yang berkecimpung di bidang
publikasi. Sesudah tahun 1948 baru merupakan PR secara resmi memang sebelumnya,
sudah banyak yang menerapkan PR namun
juga belum resmi. Mereka masih secara terus menerus mengadakan penelitian. Pada
tahun 1955 banyak buku PR yang diterbitkan, seperti Public Relations oleh M. Weisglas (1955) kemudian dari J.P.M von
Santen Public Relations Achtergrounden
Praktik pada tahun 1964.
Meskipun Eropa
sesudah Perang Dunia II mengalami stanasi sekitar selama 30 tahun, yakni antara
tahun 1922 sampai dengan 1952, sesudah itu PR mulai berkembang menjadi pesat,
sedangkat di Amerika, selama it uterus saja berkembang. Seperti yang ditulis
Groenendjik J.N.A, Harenkamp G.A.Th. dan Mastenbroek J., peran PR di Belanda
lebih berhati hati daripada di Amerika, terutama mengenai komunikasi dalam
organisasi gambaran atau citra, dan identitas perusahaan. Oleh karena itu, bagi
perisahaan untuk bisa mnunjukkan identitas dan citra yang positif, banyak
organisasi menyadari untuk memiliki PR bagi perusahaannya. Dengan demikian PR
organisasi menjadi berkembang dengan pesat dan berkualitas.
Perubahan
tersebut menjadikan mereka sadar terhadap kebutuhan dan perubahan komunikasi
yang benar benar sistematis terorganisasi, dan bermutu. Hal ini juga karena
adanya perubahan yang sangat cepat menyangkut komunikasi internal, komunikasi
eksternal, maupun komunikasi antar organisasi. Oleh karena itu, komunikasi di
dalamn PR menjadi sntral. Perubahan yang begitu cepat dan drastic maka
dampaknya masyarakat luas pun mengalami perubahan. Tentu perubahan ini membawa
ke tegangan.
Selama 30
tahun mengalami stagnasi, kemudian muncul perubahan dalam praktik PR sehingga
seperti di Nederland pernah mengalami ketidak percayaan ,keragu raguan terhadap
praktik PR tersebut. Keraguan
terhadap praktik PR di Nederland terutama dari pihak pers. Hal ini juga
disebabkan begitu lama telah mempraktikkan penerangan atau voorlichting, dan norma-norma. Namun dengan kebudayaan etis yang
mereka miliki dengan cepat meraka mampu mengatasinya.
Di era global
sekarang ini kita diajak mempraktikkan PR secara terbuka. Terutama dengan
sitauasi yang ada sekarang sangat nyata, dan bisa dirasakan betapa merosotnya
moralitas apa pun bisnis, profiis, nonprofit, pemerintah maupun swasta,
masyarakat dengan level apapun, menerapkan falsafah PR yang menyangkut martabat
manusia, memanusiakan manusia, saling mempercayai, dengan mendasarkan pada
persyaratan mental PR, yaitu kejujuran, integritas, dan loyalitas.
Sumber : Maria, Sr. 2002. Dasar-dasar
Public Relation Teori dan Praktik. Jakarta : Grasindo
Kasembon adalah tempat rafting andalan
di kota Malang. Kasembon rafting didirikan sejak tahun 2006. Kasembon rafting
mempunyai fasilitas yang sangat memadai untuk para penggila rafting. Sungai di
Kasembon sebagai sarana rafting yang dulunya masih kotor, berkat kerjasama
masyarakat dan pemerintah daerah Malang, akhirnya menjadi bersih dan nyaman
dipakai untuk rafting. Bagi anda berminat dan penasaran, info lebih lanjut klik www.raftingkasembonmalang.com
No HP 081281223453
0 comments: