Hubungan Masyarakat

5:09 AM Public Relations 0 Comments

HUMAS = PR ATAU HUMAS PR



Pertanyaanya sekarang adalah di Indonesia telah banyak digunakan istilah Public Relation dengan menerjemahkan Humas atau kebalikannya. Timbul pertanyaan, kalau kedua istilah itu dianggap sama, apakah kegiatan Huamas atau Public Relations di Indonesia sudah mencakup dan melaksanakan kedua aspek yang hakiki atau tidak? Pertanyaan kedua apakah Humas ata u Public Relations di Indonesia mempraktikkan konsep Ivy Ledbetter Lee sebagai The Father of Public Relations yaitu :

1.       Mempunyai kedudukan dalam posisi pimpinan atau sejajar dengan top manajemen;
2.       Diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam memberikan informasi secara bebas dan terbuka

Hal diatas penting agar kita tepat dalam penggunakan istilah yang sudah menjadi internasional ini, apalaghi di era global sekarang ini. Mengapa hal itu dianggap penting? Jawabanya, dengan kepentingan negara kita sendiri. Sebab sesuai dengan peraturan IPRA bahwa bagi perusahaan yang berada di negara lain, harus memiliki seorang PR dari negara itu, disamping tim PR dan negaranya sendiri. Bagi Indonesia penting artinya untuk menyiapkan seorang ahli PR yang professional sehingga kita tidak ketinggalan zaman.

Apabila sekarang ini dimensi PR tersebut dipenuhi dan dipraktikkan Humas atau PR di Indonesia, jelas kegiatannya identic dengan PR di negara maju. Kalau hal itu benar sudah dilaksanakan, perlu dipikirkan lebih lanjut. Apa kendala dan mengapa masih dianggap tidak perlu di era global ini menggunakan istilah Public Relations yang udah internasional itu? Karena, di negara manapun yang telah memiliki PR, mempunyai istilah yang sama. Public Relations bisa disingkat menjadi “Purel” atau “PR”. Kalau penggunaan istilah itu bisa terjadi di negara lain, jelas akan menguntungkan para ahli PR kita sehingga bisa diterima di negara mana saja atau perusahaan dari negara mana pun.




Menurut pengamatan pada saai ini secara striktural belum banyak yang ditempatkan pada jajaran top manajemen. Kegiatan masih banyak bersifat penerangan satu arah ke public eksternal ataupun internal tanpa menciptakan belajar dari negara-negara lain dalam hal seeperti berikut ini.

Di Amerika perkembangan PR juga berangsur, tetapi tegas dan terjadi seperti perkembangan dalam fase III pada tahun 1920-1960, dan sesudah fase III tahun 1960 dialog menjadi sentral dalam kegiatan PR terus berkembang.

Di Belanda awal mulanya juga dinamakan Voorlichting (penerangan). Pada tahun 1948 masih merupakan hubungan terbuka tau dialog bagi mereka yang berkecimpung di bidang publikasi. Sesudah tahun 1948 baru merupakan PR secara resmi memang sebelumnya, sudah banyak  yang menerapkan PR namun juga belum resmi. Mereka masih secara terus menerus mengadakan penelitian. Pada tahun 1955 banyak buku PR yang diterbitkan, seperti Public Relations oleh M. Weisglas (1955) kemudian dari J.P.M von Santen Public Relations Achtergrounden Praktik pada tahun 1964.

Meskipun Eropa sesudah Perang Dunia II mengalami stanasi sekitar selama 30 tahun, yakni antara tahun 1922 sampai dengan 1952, sesudah itu PR mulai berkembang menjadi pesat, sedangkat di Amerika, selama it uterus saja berkembang. Seperti yang ditulis Groenendjik J.N.A, Harenkamp G.A.Th. dan Mastenbroek J., peran PR di Belanda lebih berhati hati daripada di Amerika, terutama mengenai komunikasi dalam organisasi gambaran atau citra, dan identitas perusahaan. Oleh karena itu, bagi perisahaan untuk bisa mnunjukkan identitas dan citra yang positif, banyak organisasi menyadari untuk memiliki PR bagi perusahaannya. Dengan demikian PR organisasi menjadi berkembang dengan pesat dan berkualitas.

Perubahan tersebut menjadikan mereka sadar terhadap kebutuhan dan perubahan komunikasi yang benar benar sistematis terorganisasi, dan bermutu. Hal ini juga karena adanya perubahan yang sangat cepat menyangkut komunikasi internal, komunikasi eksternal, maupun komunikasi antar organisasi. Oleh karena itu, komunikasi di dalamn PR menjadi sntral. Perubahan yang begitu cepat dan drastic maka dampaknya masyarakat luas pun mengalami perubahan. Tentu perubahan ini membawa ke tegangan.

Selama 30 tahun mengalami stagnasi, kemudian muncul perubahan dalam praktik PR sehingga seperti di Nederland pernah mengalami ketidak percayaan ,keragu raguan terhadap praktik PR tersebut. Keraguan terhadap praktik PR di Nederland terutama dari pihak pers. Hal ini juga disebabkan begitu lama telah mempraktikkan penerangan atau voorlichting, dan norma-norma. Namun dengan kebudayaan etis yang mereka miliki dengan cepat meraka mampu mengatasinya.

Di era global sekarang ini kita diajak mempraktikkan PR secara terbuka. Terutama dengan sitauasi yang ada sekarang sangat nyata, dan bisa dirasakan betapa merosotnya moralitas apa pun bisnis, profiis, nonprofit, pemerintah maupun swasta, masyarakat dengan level apapun, menerapkan falsafah PR yang menyangkut martabat manusia, memanusiakan manusia, saling mempercayai, dengan mendasarkan pada persyaratan mental PR, yaitu kejujuran, integritas, dan loyalitas.

Sumber : Maria, Sr. 2002. Dasar-dasar Public Relation Teori dan Praktik. Jakarta : Grasindo




Kasembon adalah tempat rafting andalan di kota Malang. Kasembon rafting didirikan sejak tahun 2006. Kasembon rafting mempunyai fasilitas yang sangat memadai untuk para penggila rafting. Sungai di Kasembon sebagai sarana rafting yang dulunya masih kotor, berkat kerjasama masyarakat dan pemerintah daerah Malang, akhirnya menjadi bersih dan nyaman dipakai untuk rafting. Bagi anda berminat dan penasaran, info lebih lanjut klik www.raftingkasembonmalang.com

Admin : Puteri Aisah Puspita Sari  (Nim : 143140807111006)
No HP 081281223453


You Might Also Like

0 comments: